SURGA DI LANGIT PALING UJUNG
Berbagai macam bentuk hidung
Berdiri mematung
Di tengah lapangan yang memasung
Akar dengan batang pohon yang tinggi melambung
Di bawah langit yang mendung
Menyegarkan para pejuang yang sedang berkabung
Seolah tiada kebahagiaan yang mengurung
Tanah dan air mata mulai bergabung
Dari berjuta mata yang sedang merenung
Mengingat jasa-jasa pemimpin yang mereka gandrung
Pemimpin yang kini terbang bebas bagai burung
Menuju surga di langit paling ujung
Jakarta, 15 Oktober 2008
TUHAN
Tuhan
Di saat ku tertawa
Aku melupakan-Mu
Tuhan
Di saat ku terlelap
Aku melupakan-Mu
Tuhan
Di saat ku melambung
Aku selalu melupakan-Mu
Tuhan
Di saat aku menangis
Aku masih tetap saja melupakan-Mu
Tuhan…
Di akhir masaku ini
Aku bersujud kepada-Mu dengan segala kesadaranku
Memohon dengan sungguh kepada-Mu
Memohon pengampunan-Mu
Memohon apa yang tak seharusnya ku mohon
Karena ku tahu
Aku terlalu hina di hadapan-Mu
Jakarta, 18 Oktober 2007
TERBANG MENGHILANG
Kurasa gerah
Dalam sebuah ruangan
Terlena dalam raungan
Awal berrjumpa makna
Pencarian jati diri
Menembus arti hakiki
Melompati nilai-nilai duniawi
Waktu yang tepat tak jua datang
Dicengkram elang terbang menghilang
Depok, 10-11-09
SI NYAMUK BANGSAT!!!
Drakula!!!
Mengapa kau bisa terbang?
Terbang ke sana kemari
Kepakkan sayapmu membuat gendang telingaku
tak henti-hentinya merintih
Mengapa kau terbang dekat dengan kupingku?
Memangnya, apa salahku?
Hingga kau jadikan aku korban kelaparanmu
Darahku kau hisap
Perih, pedih, sakit yang kurasakan
Kau sungguh beruntung bisa meminum darahku
Aku sendiri tak pernah meminum darahku
Apalagi darah orang lain
Karena dalam kehidupanku
aku sangat takut darah
Bahkan dalam kehidupanku ini
aku sama sekali tak pernah mendonorkan darahku
Aku sangat takut jika darahku diambil
Tapi kenapa???
Kenapa dengan mudahnya kau meminum darahku
dengan taringmu yang hanya satu itu?
Kau minum darahku dengan nafsu penuh seluruh
Hingga membuat perutmu buncit
Kau terhanyut dalam hasratmu
Sehingga tak memperhatikan perutmu yang hampir
meledak karena kelebihan muatan
Tubuh kecilmu itupun menjadi lebih besar
Kini kau sangat kekenyangan
Kau sudah tak lincah lagi
Kau hanya bisa terbang rendah
Serendah derajat dan martabatmu itu
Tiba saatnya aku membalas dendam padamu
Kuikuti kemanapun kau pergi
Kusiagakan kedua mataku untuk terus merekammu
Kuperintah tubuhku agar mendekatimu dengan perlahan
dan hati-hati agar dapat meredam bunyi yang mungkin
bisa dihasilkan gerakanku ini
Ku program kedua tanganku untuk menjadikanmu
target yang terkunci
Dan ketika aku telah siap, kau pun tengah lengah
Kupertemukan kedua telapak tanganku
Kulayangkan dengan kecepatan kilat
Kujadikan kau titik tengah dari telapak tanganku
Setelah kedua tanganku telah puas berseteru
Maka kubuka mereka
Dan segera kulihat kedua telapak tanganku
Dengan rasa puas karena dendam yang terbalaskan
Aku pun langsung berkata dengan congkak,
“Pergilah ke neraka nyamuk bangsat!!!”
Jakarta, 9 Desember 2008
SEMANGAT
Terlelap di atas persegi panjang
Bermimpi tentang segitiga
Terombang-ambing dalam ketidak pastian lingkaran
Hingga membuatku goyah bagai jajar genjang
Namun, kucoba tegar bagai bagai trapesium
Berusaha menyatukan asa akan masa depan
Hingga mejadi persegi
Jakarta, 25 Desember 2009
SANG PEMIMPIN SEGALA
Beri kehangatan pada logika
Hingga dunia tertawa bahagia
Menyambutku sang pemimpin segala
Dari bumi hingga ke surga
Depok, 2 November 2009
MONYET!
Berat rasa kepalaku malam ini
Terungkap suatu tabir misteri
Monyet-monyet berceloteh di atas dahan pohon
Bersenandung beberapa di antara mereka
Sesekali mereka turun untuk mencari makan
Tak tahan akan rasa lapar dan dahaga
perut terobati mereka kembali
Mentari kembali naik ke singgasana
Mencerahkan seluruh perkampungan monyet
Monyet-monyet membuka kedua mata
dengan semangat baru
Sadar akan sesuatu yang berbeda
Mereka terkejut
Puluhan bahkan ratusan manusia
Ada di bawah kampung mereka
Kegelapan seketika menyelimuti
Ketakutan melahap jiwa mereka
Gundah gulana
17 November 2008
NALURI PRAHARA
Sudah jatuh tertimpa tangga
Tepat untuk seorang bapak
Tertusuk belati di dada
Saat mempertahankan
Kediaman yang dirampas
Oleh manusia-manusia
Keturunan Adam
Pengkhianat Muhammad
Tertembus peluru di jantung
Saat menyelamatkan keperawanan putrinya
Dari setan-setan berkulit manusia
Hilang harta benda
Hilang nyawa
Dalam air mata
Tangis dan rintihan
Dalam pelukan
Putri kesayangan
26-11-09
PRET! DUT! CUIH!
Pretdutcuih
dutcuih
cuihslurp
slurperut
perutkos
perutkosong
LAPAR!!!
13 April 2009
AH…BIASA!
Selalu hidup seperti ini
Penuh canda, tawa dan cinta
Tapi Boi…! Itu hanya sementara
Tanah basah menanti di esok hari
13 April 2009
ANTROPOFAGI
Berhamburan hasrat untuk memangsa
Tak dapat dibendung walau sudah terkurung
Dahulu dunia terasa menyakitkan
Sebelum ada manusia untuk dimakan dagingnya
Dagingmu aku makan
Dagingnya juga aku makan
Daging mereka aku kunyah
Dagingku, aku jilati
Penuhnya perut pada semua hipotesa yang ada
Yang pernah diciptakan dari tangan-tangan tak berdaging
Melarikan diri dari kejaran cacing-cacing kuburan saat mati kelak
Nyinyir bersenggama dengan jutaan tahun cahaya
Sok tahu
Mennggambarkan masa depan pada seonggok daging
Yang dikunyah
Diluluhlantakkan
Tak berbekas hilang tak berupa
Punah
Hanya tersisa desis ular yang berkelit dari cengkraman sang elang
Merintih
Lalu terbahak
Dorong semua bentuk segitiga di dalam hidup
Tancap pedang pada gundukkan tanah merah
Sebelum Tuhan menjadikannya manusia
Agar tak merasa sakit pada setiap waktu hidupnya
Sakit dimangsa oleh kaum sendiri
Jenis sendiri
Bangsa sendiri
Diri sendiri
Brutal, mencoba mendobrak pakem yang ada
Berkhianat pada semua wangi hidupnya
Tak terasa bumi tak lagi berputar
Ikut jadi santapan bersama daging-daging manusia
Menjadi santapan Sang Penguasa
Jakarta, 24 12 09
DI ATAS KURSI; DI ATAS PAPAN BERLUBANG
Seonggok sampah terbungkus
Ikatan dasi dan balutan jas
Di atas sebuah kursi
Nyamann lalu tenggelam
Congkak
Pengais sampah
Berjalan tujuh loncatan
Di atas papan kayu berlubang
Bersenang-senang dalam kemiskinan
Congklak
Siapa yang lebih suci?
Yang memakai jas berdasi
Tapi hanyalah sampah
Atau pengumpul sampah
Yang bukan sampah?
Depok, 20-11-09
DIMULAI DENGAN RUANG KELAS, DIAKHIRI OLEH WAKTU
Ruang kelas
Tempat yang sering kali memuliakan
Tempat yang sering kali menghinakan
Surga bagi orang-orang pintar
Neraka bagi kaum pemalas
Kaum yang sama sekali tidak menghendaki perubahan
Kaum yang statis
Yang tidak mengerti apa itu artinya kepandaian
Kepandaian untuk memajukan diri, bangsa, dan negara
Yang sangatlah sulit untuk dimiliki
Tanpa melakukan suatu pengorbanan
Merelakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan
Sesuatu yang bernama…
WAKTU!!!
Jakarta, 03 April 2008
GEJOLAK KAWULA TUA
Semakin tua
Semakin tak terbendung birahi
Tak melihat tempat
Tak tahu situasi
Ya mungkin dunia milik mereka berdua sekarang
Dua orang tua dimabuk asmara
Tak jelas status mereka apa
Suami istri
Sepertinya tak mungkin
Tingkah mereka seperti
Remaja yang sedang gemar pacaran
Mungkin perselingkuhan
Yang sekarang sedang berlangsung
Di sampingku
Depok, 16-11-09
GENDUT
Si gendut menjadi saksi
Nikmatnya makanan minuman
Yang tersedia
Di Dunia
Si gendut mandapat sanksi
Dari perbuatannya
Menikmati uang haram
Dengan nafsunya
Yang menjadikannya
Gendut
Depok, 16-11-09
HIDAYAH
Angin tak henti-hentinya berhembus
Membuatku masuk angin
Membeku di dalam pula
Tak terbawa oleh angin
Kugandakan keinginan untuk
Mengoyak semua sisa ketololan
Kembali menuju pencerahan
Saat semua langit mengikuti
Saat semua keindahan menyelimuti
Saat merasakan apa yang orang lain tak rasakan
Saat mataku hanya dapat melihat
Nama-Nya di angkasa
Depok, 24-11-09
HIDUP DALAM AMBISI TANPA JATI DIRI
Aku akan terus berlari
Mengejar semua mimpi yang dicuri
Oleh ketololan yang kubuat sendiri
Tanpa sekalipun menatap matahari
Lembah suram yang sunyi
Menjadi tempat untukku bersembunyi
Dari semua masa laluku
Yang membuat kisahku jadi pilu
Aku ingin menantang guntur
Hingga aku tak sanggup lagi bertahan
Aku ingin menentang Tuhan
Karena jengah terus-menerus diatur
Hatiku slalu berkata
Aku pasti bisa
Menentukan jalan hidup yang merdeka
Dan membuat semua mimpi menjadi nyata
Tabuhan genderang perang
menjadi lukisan dari ambisiku
Untuk mencari semua hal yang kumau
Dalam duniaku yang terang benderang
Depok, 14 Oktober 2009
HINA
Di dunia banyak sekali anjing pengecut
Hanya bisa menggonggong
Dari kejauhan
Tak berani mendekat
Apalagi mengejar
Gugup melihat kekacauan
Tak sanggup menerima tantangan
Takut menghadapi situasi perjudian nyawa
Dalam otaknya
Hanya menginginkan kehidupan enak
Dengan kekuasaan
Keangkuhan jabatan
Duduk goyang-goyang kaki
Sambil makan uang suguhan
Dari anjing besar
Hingga kecil
Pengecut tak ada beda
Berjaga di pos
Terdekap setan malas
Dibelai hangatnya dipan dan selimut
Pulas
Kronis
Depok, 16-11-09
JIN BOTOL
Jin botol membuka botol
Yang ditemukan di pinggir sungai
Manusia keluar dari dalam botol
Menawarkan tiga permintaan
Pasti dikalbulkan
Peran jin botol diambil
Pertama jin botol meminta
Hilangkan segala aturan di dunia
Kedua jin botol meminta
Abadikan nyawanya
Dan yang terakhir ia meminta
Wanita cantik untuk menemaninya
Semua permintaan jin botol
Dikabulkan oleh manusia
Alhasil
Jin botol bebas bersenggama di dunia
Tanpa ada aturan yang melarang
Selamanya…
Depok, 16-11-09
KASIHAN
Ada semut
Terinjak-injak oleh kepongahan
Penguasa lalim nan diktator
Tapi plin-plan
Nyawa melayang
Arwah terpingkal
Melihat kebodohan rakyat yang tunduk
Pada kebodohan penguasa yang bodoh
Depok, 17-11-09
KEBODOHAN ABADI
Aku tak pernah mengerti
Sesuatu di dalam pikiranku
Sesuatu di dalam benakku
Yang selalu senantiasa menjadi hantu
Dalam setiap langkahku
Hingga membuatku terjatuh
Dan dalam seketika aku lumpuh
Sampai akhirnya itu semua membuatku mati
Oh… Sungguh aku tak mengerti
Apakah yang selama ini kuhadapi
Telah sekian lama diriku mencari
Namun tak sedikitpun asa yang terbersit dalam hati
Ku tahu diriku ini
Harus membenci diriku sendiri
Karena selama ini aku tak mengerti
Apa yang seharusnya aku pahami
Memahami tentang semuanya
Seluruh isi dunia yang menjelma
Menjadi teman setia yang tiada tara
Yang sekali pun tak pernah bisa
Menenangkan pikiranku yang berbisa
Mengancam seluruh umat manusia
Menghancurkan seluruh isi dunia
Tak sedikit pun ku iba
Dan tak akan pernah ku jera
Walau sampai akhir masa
Jakarta, 03 April 2008
KECANTIKAN PERAWAN
Hey!
Coba pikirkan
Apa yang aku bayangkan
Tentang itu perawan
Yang cantik rupawan
Hey!
Jangan kau berpikir kotor
Ku hanya kagumi kecantikkannya
Jangan kau berpikir kotor
Ku hanya membayangkan masa depannya
Hey!
Coba pikirkan
Tentang masa depan
Apakah akan membahagiakan
Ataukah hancur karena setan
Yang bernama kecantikkan
Jakarta, 08 Oktober 2007
KENANGAN PENGHORMATAN
Di sini…Siang ini…
Aku berdiri terpaku,
Tak ada seorang pun menemani
Hanya angin yang sangat ramah
Membuatku lupa akan panasnya
Teriok mentari siang ini
Di sini…Siang ini…
Aku berdiri terpaku,
Dengan jantung yang berdebar kencang
Dengan haru yang tak terukur lagi
Dengan tangis yang tak tertahankan
Di sini…Siang ini…
Aku berdiri terpaku,
Di hadapan sebuah patung kokoh
Patung Sang Patriot Ibu Pertiwi
Patung pahlawan proklamator negeri ini
Di sini…Siang ini…
Aku berdiri terpaku,
Terlintas semua jasa-jasanya
Perjuangan, pengorbanan, kesetiaan,
Kecintaan pada tanah air
Semua jasa-jasanya
Berawal tanpa kemuliaan
Diakhiri dengan kemuliaan
Seluruh penghuni negeri
Berhutang budi padanya
Kini,
Meski hanya menatap patungnya
Setiap orang yang mengerti akan jasa-jasanya
Jantung mereka akan berdegup kencang
Aliran darah mereka mengalir deras
Membuat tangan mereka bergerak tanpa disadari
Membentuk suatu gerakan penghormatan
Penghormatan yang abadi
Jakarta, 09 Desember 2007
KIAMAT SUDAH DEKAT
Sampah berserakkan di mana-mana
Mengotori semua yang diperjuangkan oleh nenek moyang
Membantah semua keindahan alam
Menyesakkan nafas para penghuni semesta
Membinasakan seluruh jagad raya
Jakarta, 07 April 2008
MISTERI YANG KUTAHU JAWABANNYA
Orang-orang mengacungkan jempol padanya
Setelah ia berada di bawah
Tertimbun gundukan tanah
Karena misteri yang ia tahu jawabannya
Pria kurus berkumis
Lelah dalam pengejaran
Sebuah fakta yang menyelimuti
Uap panas gunung berapi
Terkepung oleh serigala lapar
Di tengah jalan berliku
Pasrah pada Illahi
Dunia hilang terbang
Melepas tangan dari tanggung jawab
Bergaya seolah tak terjadi apa-apa
Pada elemen terpenting kehidupan
Habis uap menjadi api
Habis api menjadi embun
Embun yang membelaiku tiap pagi
Membuka mataku
Menghangatkanku
Dan membimbingku pada suatu
Kenyataan yang terkekang
Di tepi lembah-lembah kehancuran
Embun yang memohon padaku
Menguak semua segi kehidupan
Dari intaian
Burung-burung pemakan bangkai
Embun yang memohon padaku
Melanjutkan nafas si pria kurus berkumis
Yang terputus diambil iblis
Embun yang membisikkan suatu misteri
Misteri yang kutahu jawabannya
26-11-09
SAPTO HADI WIBOWO
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment