Sunday, December 27, 2009

CERPEN: HANTU

Malam ini hujan lebat. Angin bertiup kencang. Pepohonan riuh bergoyang. Kilat disertai guntur sering kali muncul. Indahnya malam sudah tak dapat lagi dirasakan. Seorang wanita berteduh di dalam sebuah pos kecil. Tempat yang biasanya dipakai oleh para penjaga malam untuk meronda. Pos yang menghadap ke jalan itu hanya berukuran 2 x 2 m. Pos itu hanya diterangi lampu bohlam bercahaya kuning sehingga membuat tempat itu menjadi remang. Dibelakang pos itu terdapat sungai yang cukup lebar, namun pinggiran sungai itu terlihat sudah agak kering dan berlumpur.

Perempuan cantik berkulit putih dan tinggi semampai itu berdiri di dalam pos. Ia menggigil kedinginan. Kondisi pos itu sungguh memprihatinkan. Atapnya bocor. Niatnya untuk berteduh jadi tidak tersampai dan terkesan sama saja, karena walaupun sudah berteduh, ia masih basah juga. Baju ketat berwarna merah dan rok mini yang juga berwarna merah yang digunakannya kini sudah basah semua. Membuat tubuhnya yang seksi makin terlihat jelas.

Di malam sedingin itu ia hanya memakai pakaian seperti itu. Hal itu membuatnya makin menggigil kedinginan. Kulit telapak tangannya sudah mulai mengkerut dan giginya mulai gemelutuk. Mukanya menjadi pucat. Kakinya juga gemetaran. Ia hanya bisa menunggu dengan pasrah di pos itu sampai hujan reda.

Lama-kelamaan ia mulai terbiasa dengan rasa dingin yang dari tadi menyelimutinya. Pikirannya menerawang. Berkhayal tentang segala mimpi-mimpinya yang belum tercapai. Ia selalu memimpikan mendapatkan seorang kekasih yang baik hati, bertanggung jawab dan mencintai dirinya apa adanya. Karena selama ini, kekasihnya yang sudah-sudah hanya mencintai kecantikan dan tubuhnya saja. Setelah mendapatkan kepuasan atas tubuhnya itu, kekasihnya meninggalkannya. Hal itu terjadi tidak hanya sekali. Ia sudah merasakannya berulang kali.

Dalam lamunannya ia membayangkan mendapatkan seorang kekasih yang sangat mencintainya. Mencintai dirinya dengan apa adanya. Menerima segala kelebihan dan juga kekurangan dirinya. Hubungan mereka berlangsung hingga kejenjang pernikahan.

Di saat ia tengah asik melamun, terdengar suara guntur yang amat keras menggelegar. Membuat ia tersadar dari lamunannya yang begitu indah. Ia kecewa akan hal itu. Setelah itu, tubuhnya kembali merasakan dingin yang amat menyiksa. Tiba-tiba saja ia merasakan suatu keanehan. Bulu kuduknya merinding dengan hebat. Seperti ada yang memegang lehernya dengan kencang.

Pikirannya tertuju pada hal yang bukan-bukan. Badannya semakin merinding. Ia sangat ketakutan. Namun siapa yang bisa menolongnya. Di daerah itu hanya ada dirinya sendiri, tak ada siapa pun lagi. Wajahnya makin bertambah pucat.

Satu jam setelah itu, akhirnya ia melihat ada cahaya seperti cahaya senter mendekat kearahnya. Setelah lebih mendekat, ia melihat ada dua orang yang sedang berjalan dan akan melintasi pos tempatnya berteduh sekarang. Mereka berdua mengenakan jas hujan. Pria berbadan jangkung memegang senter, sedangkan pria yang satu lagi berbadan cebol membawa kentongan. Ia mengambil kesimpulan bahwa mereka berdua adalah petugas penjaga malam.

Si jangkung melihat dirinya. Seketika pria berkumis tebal itu mengarahkan sorotan lampu senternya ke arah pos. Ia melihat ada wanita cantik di sana.

“Bol, lu liat ada cewek cakep dan bohai gak di pos itu?”
“Liat. Kok ada ya cewek cantik malem-malem gini berkeliaran?”
“Pasti dia pelacur bol. Ya udah bol, lu kalo mau balik ya balik duluan aja. Ntar gua nyusul. hahaha”
“Lu mau ngapain?”
“Ya udah ah, nanya mulu lu. Udah pulang duluan aja sana!”
Si jangkung kemudian lebih mendekat lagi ke arah pos. Namun setelah kira-kira hanya berjarak seratus meter, si cebol menghentikan si jangkung.
“Kung, ntar dulu kung. Lu liat dah tuh cewek! Mukanya pucet amat kung.”
“Iya juga. Tapi emang kenapa bol?”
“Jangan-jangan itu bukan orang kung!”
“Setan maksud lu?”
“Iya kung!”
“Mana ada setan cakep begitu! Ngaco aja lo bol! Udahlah lu pulang aja duluan!”
“Ya ada kung. Di film horor aja awalnya cewek cakep, trus gak taunya berubah jadi setan! Kali aja dia gitu juga. Mau lu di cekek setan?”

Mendengar penjelasannya itu si jangkung berhenti sejenak. Merasa dibicarakan yang tidak-tidak perempuan itu tersinggung. Ia ingin sekali protes dan berteriak kepada mereka bahwa ia bukan setan. Namun tenggorokannya tiba-tiba saja tak bisa digunakan. Mulutnya tertutup rapat. Entah apa yang membuatnya menjadi seperti ini. Kemudian ia mencoba untuk mendekati kedua pria tersebut. Ia ingin membuktikan pada mereka bahwa kakinya masih menginjak tanah, dan ia bukanlah hantu seperi yang si cebol katakan.

Melihat perempuan itu mendekat, mereka ternyata sangat ketakutan. Si jangkung mengurungkan niatnya semula untuk mendekati perempuan itu. Mereka berdua kemudian lari terbirit-birit hingga akhirnya menjauh dan meghilang di tikungan yang agak jauh jaraknya dari pos.

Melihat kedua pria tersebut lari terbirit-birit, ia merasa kecewa. Perempuan bernama Siti Fatimah itu heran dan berpikir, apakah wajahnya sekarang amat menakutkan sehingga membuat kedua pria tersebut lari ketakutan. Ia kembali masuk ke dalam pos. Hujan belum juga berhenti. Jam di tangan kirinya sudah menunjukkan pukul 01.00 malam. Setelah kejadian itu, lehernya yang tadi terasa ada yang memegang, kini sudah terasa biasa kembali.

Tak lama setelah itu, dari tikungan tampak seorang perempuan berlari terburu-buru. Mukanya sangat ketakutan. Lama-lama perempuan itu mendekati pos. Ketika sudah agak dekat, Siti Fatimah melihat perempuan itu dan langsung mengenalinya. Ia adalah temannya. Namanya Marmi. Siti Fatimah mencoba untuk memanggil perempuan itu. Kali ini ia berhasil bersuara.

“Mi…Marmi…!”
Perempuan itu menengok dan memperlambat larinya. Kemudian ia berhenti tepat di depan pos.
“Ti…Titi?” Ia bernafas tersengal-sengal sambil bertanya.
Titi. Nama panggilan Siti Fatimah adalah Titi. Sungguh ironis sekali. Nama yang sangat islami kini dipanggil Titi.
“Iya ini aku Titi. Kamu kenapa berlari seperti itu?”
“Kamu kenapa berdiri di tempat itu? Cepat lari Ti! Cepat! Jangan di situ!”
“Memangnya ada apa Mi?”
“Polisi Ti…Polisi. Ada razia!”
“Hah? Razia?”
“Iya Ti. Nanda, Laksmi, Rini, dan Sinta sudah terjaring. Untung saja tadi aku lagi di warung bakso. Jadi polisi-polisi itu tidak menemukan aku. Saat mereka lengah, aku langsung lari diam-diam. Kasihan Sinta, dia anak baru. Kamu sebaiknya cepat lari dari sini. Sepertinya tempat ini akan dilewati polisi-polisi itu.”

Tepat selesai Marmi berbicara, dua cahaya menyilaukan datang dari arah tikungan. Titi terpaku melihat cahaya itu. Setelah tersadar bahwa itu adalah cahaya dari lampu mobil, ia langsung melihat ke arah Marmi. Namun pada saat itu Marmi sudah tidak ada di dekatnya. Marmi sudah lari dan menjauh dari tempat itu. Titi sangat ketakutan akan terjaring razia itu. Ia berpikir dengan cepat bahwa mobil yang mendekati tempatnya sekarang adalah mobil patroli polisi. Ia kemudian keluar dari pos dan dengan cepat melompat ke pinggiran kali. Seketika badannya penuh dengan lumpur. Ia tiarap dan bersembunyi di atas lumpur.

Mobil itu berhenti tepat di depan pos. Titi berusaha mendekat dan melihat apakah itu benar mobil polisi atau bukan. Perlahan-lahan ia merayap dan mendekati pos. Ternyata yang datang bukanlah mobil patroli polisi, melainkan mobil sedan mewah yang terlihat sangat mahal.

Setelah agak lama, pintu mobil terbuka. Keluar seorang laki-laki mengenakan jas hujan sambil menggendong sebuah bungkusan kain berwarna putih. Lalu pintu depan sebelah kiri juga terbuka. Keluarlah seorang wanita yang juga mengenakan jas hujan. Dalam kesimpulan Titi, sepasang orang itu adalah suami istri.

Laki-laki yang membawa bungkusan itu kemudian berjalan ke arah kali. Istrinya mengikuti di belakang. Setelah sampai di tepi kali, laki-laki itu hendak membuang bungkusan kain putih itu, namun istrinya dengan cepat memegang dan mendekap erat tangannya sambil menangis.

“Jangan mas… Jangan!”

Perempuan itu terus merengek sambil menangis meminta bungkusan itu jangan dibuang ke kali. Kemudian laki-laki itu melihat ke arah pos. Ia lalu berjalan ke arah pos. Istrinya mengikuti di belakang. Laki-laki itu masuk ke dalam pos, dan setelah keluar pos, Titi melihat bungkusan yang tadi dibawa laki-laki itu sudah tidak ada. Kemudia suami istri itu masuk ke dalam mobil dan meninggalkan tempat itu.

Dengan rasa penasaran yang teramat sangat, Titi bangkit dari tempat persembunyiannya. Badannya kini penuh lumpur. Kemudian ia berjalan menuju pos. Sesampainya di dalam pos ia melihat sebuah bungkusan yang tadi ditinggalkan suami istri itu. Ia berpikir keras apa sebenarnya bungkusan itu.

Setelah jenuh berpikir, ia kemudian mendekati bungkusan kain putih itu. Ia memutuskan untuk meraba-raba bungkusan itu. Apa yang dirasakan indra perabanya membuat ia sangat terkejut. Ia merasakan ada bentuk telinga, hidung dan bibir dalam bungkusan itu. Ia sangat takut pada saat itu. Namun rasa takutnya itu terkalahkan oleh rasa penasarannya.

Ia kemudian membuka bungkusan itu. Sekali lagi ia merasa sangat terkejut. Apa yang dilihatnya kini adalah seorang bayi. Dengan cepat ia mengangkat dan menggendong bayi tersebut. Ia merasakan bahwa bayi tersebut sudah tidak bergerak. Namun ia belum benar-benar tahu apakan bayi itu sudah mati atau masih hidup.

Saat ia ingin memastikan itu, tiba-tiba saja ada suara teriakan dari belakangnya berdiri.

“Jaring!!!”

Kemudian pos yang remang-remang itu kini diterangi oleh lampu-lampu senter yang dibawa oleh polisi-polisi yang kini memenuhi pos tersebut. Titi amat terkejut dan ketakutan melihat polisi patroli ada di tempatnya sekarang. Ia pasrah untuk terkena jaring razia PSK (Pekerja Seks Komersil) malam itu.

Seorang polisi yang paling tegap badannya berkata.

“Apa itu yang ada di dalam bungkusanmu?”
Titi hanya bisa terdiam. Ia sudah tak mampu untuk berkata-kata lagi. Polisi itu kemudian mendekat dan menyorot bungkusan itu.
“Bayi! Bayi! Itu bayi! Mau kau apakan bayi itu hah? Mau kau apakan? Mau kau…….hey ayo jawab!”

Linglung setengah sadar, ia tak mampu lagi berkata. Yang bisa ia lakukan hanyalah mendekap bayi itu erat-erat. Lalu terasa badan bayi itu dingin sekali.

Hujan kini hanya rintik-rintik. Malam semakin larut dan berkabut.



Sumber : Cerpen dengan judul HANTU pada buku kumpulan karya Mohammad Ali berjudul HITAM ATAS PUTIH terbitan Balai Pustaka tahun 1959 di Jakarta.

1 comment:

  1. The Best Casino Sites in Oklahoma for 2021
    1. Planet 7. 1. Planet 스포츠 배팅 7. 벳 365 2. 1. Atlantis Casino. 3. Slotomania Casino. 4. Slots of 토토 분석 사이트 Vegas. 5. Royal Vegas Casino. 6. 피망 포커 다운 Slotomania 승인전화없는 토토 Casino. 7.

    ReplyDelete